Salah Paham Tentang Konsep Sabar - Kita Wisuda (Produk & Jasa)
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Salah Paham Tentang Konsep Sabar

Sabar... Kata yang selalu menjadi penghibur dikala gundah. selalu sulit untuk dilakukan meskipun mudah sekali diucapkan. seringkali juga kata yang berperan untuk membohongi diri sendiri bahwa kita sebenarnya tidak sesabar itu. Atau jangan-jangan kita memang tidak pernah bersabar sama sekali dalam berbagai hal..

Beberapa hal yang saya soroti tentang konsep sabar adalah bahwa hasil kesabaran ini cenderung berujung pada kegalauan dan tidak solutif. Dengan kata lain, mau sesabar apapun dan bagaimanapun, hasilnya tetap sama saja. Tidak ada perubahan maupun peningkatan bahkan setelah berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan tahunan..

Ini berarti bahwa ada yang salah tentang konsep sabar yang dipahami oleh kebanyakan orang.. yang perlu digarisbawahi adalah bahwa sabar bukanlah tentang waktu..yaph betul sekali.. jika kita hanya menunggu dengan sabar tanpa ada perubahan usaha kita dalam rentang waktu sabar tersebut, maka kita hanya akan menemukan kekecewaan..

Albert Einstein pernah berkata, "merupakan suatu kebodohan jika kita mengharapkan hasil yang berbeda dengan usaha yang selalu sama". Nah dengan demikian, bahwa esensi kesabaran ini terletak pada bagaimana kita berkreasi dan berkreativitas dalam mencapai tujuan kita, bukan terletak pada masalah waktu..

Lebih mudahnya, Konsep sabar adalah ketabahan kita dalam terus mencoba dan mencoba lagi sampai ketemu formula yang tepat tanpa kenal lelah dan menyerah.. atau istilah kerennya trial and error.. sehingga bukanlah kesabaran jika kita hanya menunggu hasil sesuai harapan kita dengan selalu melakukan usaha yang sama setiap harinya.. seperti orang terjebak rutinitas dan jebakan rat race.. sebagaimana Einstein bilang tadi bahwa itu berarti kebodohan alih-alih kesabaran..

Bayangkan seperti ini, atap rumah Anda bocor, lalu Anda hanya berharap bahwa suatu ketika tidak akan bocor lagi setelah sekian kali turun hujan tanpa ada upaya memanggil tukang untuk memperbaiki, mengganti atap genteng cat ulang, dsb.. kita hanya berharap bahwa "masa sih dari sekian banyaknya hujan tidak ada satupun atap yang aman dari kebocoran?".. ya terang saja tidak akan ada karena bukan itu letak masalahnya..
yes disitulah kesalahpahaman tentang konsep sabar yang sering terjadi.. 

Contoh lainnya, seorang pelaku usaha tidak hanya bisa bersabar dan menunggu karena omsetnya yang stagnan atau bahkan menurun setiap kalinya.. alih-alih hanya menunggu pelanggan datang, akan lebih baik baginya untuk selalu berinovasi dan berpikir untuk menemukan bagaimana caranya agar bisa survive. Nah didalam proses pencarian inovasi dan pikiran itulah seharusnya konsep sabar ini digunakan sampai kita menemukan solusinya..

Artinya, kita terus mencari jalan keluar hingga menemukannya, tak peduli proses tersebut memakan waktu harian, mingguan, bulanan bahkan tahunan.. bukankah itu lebih masuk akal untuk usahanya agar bertahan dan berkembang?..

Bukannya menyalahkan nasib, menyalahkan kompetitor, berkeluh kesah, kurang modal, kurang relasi, dll. dan pada akhirnya hanya tetap bersabar saja tanpa melakukan apa-apa..maka sudah dipastikan endingnya kita hanya makin terpuruk.. pahamilah bahwa sejatinya "sabar" tidaklah seperti itu..

Oleh karena itu, jika kebetulan Anda melakukan hal dan sesuatu yang tepat hingga membuat Anda menemukan keberuntungan yang diharapkan, maka bisa jadi Anda pun tidak harus menempuh proses sabar sama sekali karena tidak perlu trial and error yang dilalui.. namun hal ini sangatlah jarang terjadi meskipun ada saja yang demikian..

ini seperti orang yang dapat doorprize dalam pengundian sebuah hadiah.. namun kita tahu bahwa selalu lebih banyak yang tidak memperoleh doorprize dibandingkan mereka yang dapat..mungkin 1:1000 atau lebih..

Contoh lainnya sekaligus studi kasus terakhir, bayangkan seorang mahasiswa semester akhir yang sedang berjuang untuk lulus dan wisuda di kampusnya. Tentulah bahwa dirinya akan melalui banyak proses revisi didalam skripsinya bukan? Entah dari dosen penguji maupun dosen pembimbingnya.. apa yang terjadi jika mahasiswa tersebut hanya selalu berkonsultasi tanpa melakukan revisi yang sebelumnya sudah dosen berikan? Apakah dia bisa lulus begitu saja?

Bagaimana jika dia terus bergerak meninjau kembali revisinya, memperkaya lagi datanya, memperbanyak lagi narasumbernya, yang kesemuanya itu membutuhkan waktu (baca: sabar).. bukankah peluang kelulusan dan wisudanya makin besar?

Atau bagaimana jika dia menyerah karena proses skripsinya dirasa terlalu melelahkan mengingat terlalu banyaknya revisi dan data yang kurang lengkap? Hingga dirinya kabur-kaburan, healing-healing saja kesana kemarin padahal waktu ya terus berlalu.. bisakah dia memperoleh kelulusan dan wisudanya?

Perhatikan bahwa sebenarnya semua orang memperoleh "jatah sabar" yang sama dan kita memang selalu memilikinya.. tinggal bagaimana kita memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, atau justru mengabaikannya dengan sepayah-payahnya..

Dalam konteks mahasiswa diatas, berarti apakah dia bisa memanfaatkannya dengan revisi sebaik-baiknya di skripsinya, atau mengabaikan skripnya begitu saja karena dia mudah menyerah. Waktunya sama-sama ada dan tersedia disana, tapi akan berbeda hasil yang signifikan tergantung bagaimana mahasiswa menyikapinya..

Kesimpulannya, entah bagaimana kita bersikap dan bagaimana kita berpikir, selalu ada dua mata sisi didalamnya.. pertama kita akan beruntung atau kedua kita akan merugi..

Yes dan kita akan tahu dimana posisi kita (entah beruntung atau merugi) dari bagaimana cara kita bersikap dan berpikir.. pastikan saja bahwa kita bukanlah yang merugi!..

Semoga bermanfaat...
Salam Kita Wisuda 🎉

Posting Komentar untuk "Salah Paham Tentang Konsep Sabar"