Kita Bisa kok Jadi Tokoh Utama
"Jika saya memberi kamu uang, maka kamu akan mendapatkan uang, dan uang saya jadi berkurang karenanya. Namun Jika saya memberi kamu ilmu, maka kamu akan mendapatkan ilmu, dan saya tetap memiliki ilmu tersebut di kepala saya". Albert Einstein.
Albert Einstein yang sangat masyhur sebagai ilmuwan kenamaan, siapa yang tak tahu dia?. Namanya tercantum dalam daftar 100 orang berpengaruh peringkat 6 dari buku karya Michael H. Hart.
Namun kita tidak akan membahas tentang Einstein disini, melainkan makna dari ucapan beliau yang sepertinya masih relevan meski era sudah digital.
Sesuatu bersifat abstrak memang tidak bisa kita sentuh dan cium, tapi seringkali akan menentukan sejauh mana kualitas hidup kita kedepan lho.
Disinilah kemudian paradoks dan masalah terjadi. Kita cenderung tidak menghargai dan menganggap penting ketika sesuatu tidak tampak secara fisik apalagi tak terjamah.
Yaph.. Otak manusia memang malas dan capek berpikir ribet sehingga mereka akan merasa praktis dan aman secara otomatis ketika mendapati sesuatu yang nyata adanya.
Sekarang bayangkan, mengapa kita bekerja keras mencari uang kalau disaat bersamaan ada yang menjamin hidup kita? Yes, sesimpel itu. Padahal pola pikir demikian sejatinya bentuk abstraksi itu juga.
Karena kita bukannya tidak tahu bahwa suatu saat penjamin tersebut (mungkin orang tua/kerabat) akan ada masanya mereka meninggalkan kita dan keamanan hidup kita hilang karenanya. Tetapi kita hanya malas berpikir untuk itu dan lebih mengambil pola pikir simpel dan praktis.
Ga ada yang salah sih, tapi berpikir kerdil seperti itu sudah pasti bukan tipe orang yang membawa banyak manfaat bagi sesama. Kehadirannya hanya membawa beban dan malah cenderung tidak diharapkan.
Taruhlah kita menyakini baha hidup akan baik-baik saja, let it flow, atau "nanti juga ada jalan dan caranya". Yes betul bahwa itu memang akan terjadi. Terutama jika Anda tipe religius.
Namun level dari keyakinan tersebut pun sama kerdilnya dengan pemikiran diatas, sehingga jalan dan cara yang datang pun ya hanya selevel itu. Seolah kita hanya menjadi atlet tingkat RT, boro-boro jadi atlet tingkat Sea games dan olimpiade, mungkin atlet tingkat SMA pun tidak.
Tokoh utama dalam sebuah film pasti paling banyak disorot kamera mungkin nyaris sepanjang film dan memiliki pengaruh tinggi, menjadi magnet, tangkas dan cerdas di berbagai aspek. Hal ini sangat jauh jika dibandingkan tokoh figura yang hanya muncul sesekali.
Ya emang betul sih yang penting kan tetap main film (yang penting kan tetep hidup). Tapi kita juga sama-sama tahu bahwa bayaran antara peran 2 tokoh tersebut pasti berbeda jauh terutama melihat kontribusi masing-masing (baca tokoh masyarakat dan sampah masyarakat).
Dan jangan lupa bahwa tokoh figura dalam film biasanya mati paling cepet lho (mungkin karena ga penting juga kehadirannya) dibandingkan dengan tokoh utama.
Jangan-jangan kita pun bisa lebih cepat meninggalkan dunia ini jika lebih memilih untuk "selalu meminta uang" daripada fokus "ilmu mencari uang". Dengan demikian, hidup kita ga penting sama sekali karena hanya memberi makan kucing pun kita ga berniat melakukannya (analogi).
Anda tidak harus setuju dengan pemikiran tersebut. Karena tidak ada salahnya juga kalau memang Anda memilih menjadi "tokoh figura". Saya hanya meminta Anda berpikir.
Bukan untuk saya atau siapapun, namun untuk Anda sendiri. Kita bisa kok jadi tokoh utama jika kita mau dan suka dengannya.
So the question is, Are you wanna be something? or just nothing?
Kekuatan fokus dan impian |
Posting Komentar untuk "Kita Bisa kok Jadi Tokoh Utama"