Journey of Kita Wisuda 4
Jika
boleh diberi peringkat, maka pemasukan Kita Wisuda terbesar setelah toga wisuda
adalah pengadaan selempang. Khusus produk selain jasa sewa toga, maka tentu
saja saya bekerjasama dengan penjahit, pengrajin, dan tukang bordir di
dalamnya. Karena saya tidak bisa menjahit, membuat medali, apalagi membordir, yang
bisa saya lakukan hanya promosi dan promosi.
Si
tukang bordir merupakan mitra kita wisuda terbaik. Cepat dan responsif.
Begitupun pengrajin medali dan penjahit selempang. Mitra yang agak kurang adalah
penjahit toga. Kendati demikian, tetap bisa ditoleransi karena masih bisa
deadline dan tepat waktu.
Hal
yang membahagiakan adalah hubungan kemitraan yang terjalin baik dengan sekelompok
orang tersebut. Setiap kali saya datang ke tempat mereka, selalu disambut
dengan ramah dan hangat. Saya bisa merasakan bahwa mereka bahagia dengan kedatangan
saya. Karena ketika datang sudah bisa ditebak pasti membawa pekerjaan untuk
mereka. Seolah-olah saya adalah malaikat pembawa rizki yang diutus Tuhan.
Ah,
padahal yang saya bawa seringkali bukan proyek-proyek besar yang mungkin sampai
ratusan ataupun ribuan potong kain, melainkan dua atau tiga garapan saja. wkwkwkk.
Akan tetapi, nyatanya mereka tetap senang mendapatkan garapan tersebut. Kadang
saya sampai malu sendiri dengan sambutan yang begitu baik, karena garapan
pekerjaan yang saya bisa bawa hanya sebatas itu, tapi sambutan mereka tetap luar
biasa seperti memperoleh proyek besar. Kadang disuguhi cemilan, kopi, rokok,
dsb. Meski tidak setiap hari, tapi bagi saya itu cukup berlebihan, karena tidak
sepenuhnya berbanding lurus dengan pekerjaan yang bisa dibawa.
Khusus
si tukang bordir, tampaknya tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya, si
pengrajin medali, dan penjahit selalu ramai. Tapi tidak halnya dengan si tukang
bordir (mungkin). Sehingga sambutannya terhadap saya adalah yang paling
antusias dibanding yang lain (meskipun mereka juga sama antusiasnya). Bahkan ga
cuman si tukang bordir, istrinya, anaknya, saudaranya, dan orang tuanya pun
menyambut dengan gegap gempita. Senyuman dan kehangatan terasa dimana-mana yang
selalu membuat saya betah untuk datang kesitu. Bahkan ibunda dari si tukang
bordir pernah berkata. “wah rame ya mas laris bordirane, syukurlah jadinya anak
saya bisa bekerja, hehehee”. Mendengar itu diucapkan oleh orang tua si tukang
bordir sungguh membahagiakan. Saya merasa punya manfaat bagi orang lain, tidak
sia-sia hidup di dunia.
Padahal
sekali lagi, garapan pekerjaan yang saya bawa hanyalah satu atau dua potong.
Tapi mereka begitu menghargainya. Mungkin itulah yang menyebabkan orang-orang
desa tetap bisa bahagia meski hidup dalam kesederhanaan kali ya, mereka selalu
mensyukuri apa yang ada. Tidak semata-mata melihat dari sedikit dan banyaknya
jumlah pekerjaan yang ada.
Namun
saya sok bijak menjawab pernyataan dari bundanya tersebut, “emang udah
rejekinya bu, saya hanyalah perantara, tetap saja yang memberi rizki adalah
yang maha kuasa, bukan saya”. Hehehe.. Berasa alim banget saya ketika mengucapkan
hal itu.
Sampai-sampai
karena dulu sempat ramai saya membawa garapan, dan suatu ketika mendadak sepi,
si tukang bordir sampai sms dan mengatakan “gimana mas ada kerjaan bordir lagi
tidak, ko sepi?”. Seolah dia sepenuhnya bekerja untuk saya, padahal tentu saja
tidak demikian, dan kalaulah ada pasti saya langsung datang ke tempatnya untuk
meminta dibordirkan tanpa harus di sms lagi. Hal ini sangat memotivasi saya
untuk lebih giat lagi dalam berpromosi, agar seluruh mitra mendapat pekerjaan
lebih banyak lagi sesuai harapan, dan tentu bisa mencukupi segenap kebutuhan
keluarganya.
Memang
sesungguhnya akan ada perasaan lega ketika tahu bahwa ternyata hidup kita
mempunyai manfaat bagi orang lain. Semoga hubungan baik ini terus berlanjut
sampai tiba saatnya Kita Wisuda dengan seluruh mitranya memperoleh
proyek-proyek besar dari segenap perusahaan, pemerintahan, maupun institusi
pendidikan. Aamiin.
Posting Komentar untuk "Journey of Kita Wisuda 4"